
Bandar Lampung – Banyak generasi muda hari ini, khususnya Generasi Z (Gen Z), mengeluhkan sulitnya membeli rumah pertama. Padahal, orang tua mereka dulu bisa lebih mudah memiliki rumah hanya dengan satu sumber penghasilan. Ayah bekerja sebagai pegawai atau petani, sementara ibu mengurus rumah, keluarga bisa tetap membeli tanah dan rumah.
Kini, situasinya jauh berbeda. Gen Z harus bekerja ekstra, bahkan seringkali punya lebih dari satu sumber penghasilan, namun membeli rumah masih terasa sebagai mimpi.
Dulu Lebih Mudah, Kini Harga Melejit
Tiga dekade lalu, harga tanah dan rumah masih sebanding dengan penghasilan masyarakat. Seorang pegawai negeri atau petani dengan hasil panen cukup sudah bisa menabung untuk membeli lahan atau rumah.
Sekarang? Harga properti melonjak tajam. Menurut data beberapa lembaga survei, kenaikan harga rumah setiap tahun bisa mencapai 7–10%. Sementara itu, kenaikan gaji rata-rata karyawan jauh tertinggal, bahkan stagnan di angka 3–5% per tahun.
Inilah jurang besar yang membuat daya beli generasi muda melemah. Bukan karena mereka malas bekerja, tetapi karena ketidakseimbangan antara kenaikan harga rumah dan penghasilan.
Inflasi Menggerus Penghasilan
Selain harga rumah yang naik, inflasi kebutuhan hidup juga menekan generasi muda. Harga bahan pokok, transportasi, hingga biaya pendidikan meningkat terus-menerus, sementara pendapatan tetap sama.
Artinya, tabungan yang harusnya bisa dialokasikan untuk DP rumah malah habis untuk kebutuhan bulanan.
Gen Z Sering Disalahpahami
Tidak jarang Gen Z dianggap “konsumtif” hanya karena suka nongkrong, ngopi, atau traveling. Padahal, pengeluaran itu seringkali bukan penyebab utama mereka tidak bisa membeli rumah.
Masalah sesungguhnya ada pada struktur ekonomi:
- Harga properti naik terlalu cepat
- Gaji tidak naik signifikan
- Biaya hidup makin tinggi
- Akses pembiayaan rumah semakin ketat
Saatnya Cari Solusi, Bukan Menyalahkan
Generasi muda tidak membutuhkan stigma, tetapi solusi nyata. Misalnya:
Program perumahan tanpa DP
Cicilan ringan dan flat
Subsidi biaya akad & pajak
Transparansi harga dari developer terpercaya
Dengan inovasi seperti itu, harapan untuk memiliki rumah pertama tetap terbuka bagi Gen Z, meski tantangan ekonomi semakin besar.
👉 Jadi, jelas bahwa Gen Z bukan gagal karena malas, melainkan karena kondisi ekonomi yang memang membuat rumah semakin jauh dari jangkauan. Sudah waktunya pasar properti beradaptasi dengan kenyataan ini agar anak muda bisa tetap punya kesempatan memiliki rumah impian mereka.
Komentar